Selasa, 01 Februari 2011

Implikasi multi intelegensi terhadap pendidikan jasmani

Apakah semua guru telah mengerti jika setiap peserta didik itu ternyata membawa faktor intelegensi yang berbeda-beda? Lalu apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik tersebut? Akankah guru memperlakukan seluruh peserta didik tersebut secara sama? Jika kita guru penjas dalam hal ini apa yang telah dan akan kita perbuat jika menghadapi kondisi peserta didik di lapangan yang sangat heterogen?....


               Pertanyaan-pertanyaan yang timbul di atas merupakan pertanyaan yang sangat mendasar jika guru telah memahami bahwa yang namanya manusia dalam hal ini peserta didik ternyata memang mahluk yang unik. Menurut Gardner (191983-1993). Bahkan Gardner sendiri mengembangkan kecerdasan yang kesembilan dan ke sepuluh sehingga kecerdsan yang dimiliki oleh manusia menjadi sepuluh pada tahun 1999 (spritual intellegence dan existential intellegence. 
Delapan intellegence adalah :
    1. Linguistic Intellgence
    2. Logica dan Matematika Intellegence
    3. Spatial Intellegence
    4. Naturalist Intelegence
    5. Bodily kinesthetic Intellegence
    6. Musical Intellegence
    7. Intrapersonal Intellegence
    8. Interpersonal Intellegencce
           Lalu bila peserta didik kita terynyata hanya memiliki 3 atau hanya 1 saja kecerdasan dari kedelapan kecerdsan yang ada dan itupun bukan pada nomor 5 apakah sebagai guru penjas akan tetap memaksakan untuk tetap menjadikan seorang atlet? atau pada pembelajaran jika tidak mengusai keterampilan gerak kecabangan maka ia akan menjadi merah nilai rapornya? atau memaksakan peserta didik yang memiliki kecendrungan kecerdasan pada nomor 2 dan 6, tetap harus untuk mengikuti sebagai mana keingginan kita sebagai guru? sungguh kita sebagai guru sangat-sangat tidak bijaksana,......lalu apa yang hendak di capai dalam pembelajaran pendidikan jasmani? jawabannya adalah kebutuhan yang sama setiap dari peserta didik  adalah bagaimana mereka memiliki kebugaran tubuh sehingga mereka dapat mengembangkan seluruh kecerdasan yang terpendam dalam diri mereka. Itu baru adil menempatkan posisi kebugaran yang harus di ukur dalam pembelajaran, dan bila itu belum tercapai ya hendaknya diupayakan agar peserta didik untuk dapat mencapai batas minimum dari kebugaran. Sedangkan penetapan standar yang hendak dicapai dari tiap jenjang pendidikan; SD, SMP, SMA dan SMK hendaknya harus dibedakan. Standar SD berbeda dengan SMP, SMP berbeda dengan SMA bahkan untuk jenjang SMA berbeda dengan SMK mengapa demikian?
             Orientasi pelaksanaan pendidikan untuk SMA dengan SMK berbeda, Prioritas SMA adalah untuk melajutkan ke jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Sedangkan SMK lebih mempersiapkan peserta didik untuk siap menduduki lapangan pekerjaan pada bidang industri. Perusahaan asing biasanya sangat selektif dan salah satu persyaratan adalah tes fisik (kebugaran fisik). Pihak perusahaan mereka tidak mau mengambil resiko yang terlalu jauh. Secara logika kebugaran fisik akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika tubuh tidak bugar bahkan sering sakit-sakitan bagaimana akan bekerja secara optiomal. bahkan biaya oprasional hanya untuk biaya rehabilitasi pegawainya. Oleh karena itu program pelaksanaan pendidikan jasmani ternyata tidak dapat dipukul rata. Namun orientasi dapat untuk di seragamkan yaitu mengacu pada pencapaian kebugaran fisik. Lalu bagaimana dengan masalah pengusaan keterampilan gerakan sebagai mana terdapat dalam tujuan pendidikan? Tentunya setiap peserta didik memiliki dua arah dari pembelajaran pendidikan jasmani yaitu antara "kebutuhan dan kepentingan". Artinya kebutuhan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap peserta didik. Sedangkan kepentingan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh peserta didik yang memiliki kecerdasan body kinesthetic (KBK) sehingga standar minimal yang diperlukan pun sedikit ada pembedaan. Jika level 5 pada peserta didik biasa maka itu sebanding dengan level 3 pada peserta didik yang memiliki KBK atlet. Namun pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat ukur yang sama hanya saja yang dibedakan adalah standat ukuran yang harus dicapai. Mengapa demikian? Karena jika masih tetap menggunakan standar pencapaian yang sama maka yang memiliki KBK tidak pernah berkembang terhadap kemampuan yang dimilikinya. Nah kalau begitu kapan si KBK tersebut diberikan materi untuk sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya? 
               Program pembelajaran pendidikan jasmani di bagi  mejadi dua jalur yaitu Intrakulikuler dan Ekstrakurikuler, pada saat jam intrakurikuler maka seluruh kegiatan pembelajaran tertuju bagaimana untuk dapat mencapai kebugran, aktivitas yang dilakukan adalah sebagai sarana bermain dan rekreasi setelah penat dari bangku dan meja kelas terhadap pembelajaran yang banyak menguras otak. Sedangkan yang dilakukan pada kegitan ekstrakurikuler adalah untuk memahirkan atau mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan gerak cabang olahraga. Lalu apa target yang akan dicapai dari kedua kegiatan pembelajran ini? Pada kegitan intra kurikuler adalah memaksimalkan perkembanagan peserta didik yang mencakup 7 aspek kebugaran atau minimal 4 aspek kebugaran dan menjadi kunci adalah faktor daya tahan (enduranc) sedangkan pada kegiatan ektra kurikuler adalah penguasaan keterampilan gerak dasar atau gerak lajuntan (mahir) bagi mereka yang memiliki bakat serta minat dalam kecerdasan KBK. Apa peran peserta didik yang memeliki KBK dalam pembelajaran? mereka akan menjadi stimulan dan juga figur idola bagi teman-temannya pada saat berkativitas dalam permainan.

Tidak ada komentar: